Dua puluh pemuda-pemudi,
Satu panggung megah,
Ribuan orang penonton.
Bagaimana rasanya, menjadi salah satu dari dua puluh orang pemuda-pemudi
yang berdiri di atas panggung megah Mukernas PKS 2012, dengan lampu sorot
menyala terang dan ribuan pasang mata memandang, mengucap lantang deklarasi
berdirinya sebuah wadah komunikasi level nasional, bernama Garuda Keadilan.
Gemetar.
Siang itu, tanggal 28 Maret 2012, kami, Rombongan Garuda Keadilan, tiba
di bandar udara Polonia Medan. Rombongan kami yang berangkat bersama dari bandara Soekarno Hatta terdiri
dari 17 orang. 8 ikhwan dan 9 akhwat. Rombongan ikhwan terdiri dari, Muhammad
Ja'far (Jakarta), Muhammad Yusuf Abdul Karim (Tangerang), , Usaid Fathurrahman (Jakarta),
Muhammad Zia Ulhaq (Jogjakarta), Mushab Abdurrahman Rabbani (Bekasi), Urwatul
Wutsqo (Jakarta), dan Muhammad Ahdiar Syaifan (wartawan dari Bekasi). Kemudian,
rombongan akhwat terdiri dari, Anisa Muthi'ah (Jakarta), Fathimah (Jakarta),
Nadiya Fikriyah Muasyiroh (Jakarta), Zaskia Aulia Fadillah (Cirebon), Is Is
Izzatul Mu'minah (Jakarta), Fitriyani Jauhari (Purwakarta), Fitya Muharrikah
Fillah (Tangerang), Dieny Izzaty (Jakarta), dan Siti Azizah Nur Jannah (Bandung) . Kami dipandu oleh Pak Tatang dan Bu April, juga Pak Jadmiko dari Generasi
Muda & Profesi (GM-PRO) DPP PKS.
Ibu-ibu kami, Bu Wirdayanti dan Bu Ani dari Bidpuan DPP PKS juga setia
mendampingi kami selama di Medan.
Saat itu, Medan dalam kondisi
yang tidak begitu baik. Banyak jalan yang diblokade, polisi dan tentara berjaga
dimana-mana. Memang, event Mukernas
PKS tahun ini bersamaan dengan momentum panasnya aksi massa menolak kenaikan
harga BBM yang rencananya akan dilaksanakan pada tanggal 1 April 2012.
Situasi panas itu tak urung
membuat kami agak khawatir. Namun guide kami
dengan setia menenangkan dan membantu mendinginkan suasana hati kami semua.
Bahkan untuk mencairkan suasana, kami disempatkan oleh guide selama beberapa menit mengunjungi Istana Maimun, di tengah
perjalanan kami menuju hotel.
Kami tidak sempat berlama-lama
di bangunan bersejarah kota Medan itu, karena kami tahu, ada hal yang jauh
lebih penting untuk dipersiapkan nanti malam, yakni deklarasi Garuda Keadilan
dalam malam penutupan Mukernas PKS 2012. Hanya beberapa menit setelah check-in di hotel, kami langsung
berkumpul untuk membahas proses seremonial deklarasi. Didampingi oleh mas
Jadmiko, kami semua membahas detail acara, dresscode,
logo, prosesi seremonial, bumper video,
teks deklarasi, bahkan revisi lirik pada
jingle Garuda Keadilan. Kami ingin, deklarasi
kami stunning, berkesan, tidak
dianggap angin lalu.
Siang itu, di kamar hotel, semua
membagi tugas. Bumper video, dihandle langsung oleh sang ketua Garuda
Keadilan yang sudah tiba lebih dulu di Medan, Syafiq Fadlu Rahman (Jakarta) dan logo
dikerjakan oleh Zia. Ikhwan dan akhwat lain membahas detail acara, sementara
itu lirik jingle disempurnakan oleh
Usaid. Semua bekerja dengan serius,
namun tetap diselingi canda agar tidak terlalu tegang.
Pembahasan tidak berlangsung
lama, karena mas Jadmiko memberi tahu bahwa kami harus segera bersiap untuk
silaturahim sekaligus makan malam bersama di rumah dinas Gubernur Sumatera
Utara, Bpk. Gatot Pujo Nugroho. Semua tertegun dan gelisah, karena persiapan kami saat itu belum
selesai dan sudah tidak ada waktu lagi untuk persiapan setelahnya. Karena
seusai dari rumah dinas Pak Gatot, kami langsung menuju ke hotel Santika, tempat utama Penutupan Mukernas
berlangsung. Lelah perjalanan belum hilang, dan kami belum sempat makan siang.
Syafiq agak panik menyelesaikan
video, Zia bingung karena harus merubah konsep, karena dikritik logonya mirip
‘garuda nyium ketiak’. Belum ada satupun yang hafal teks deklarasi dengan baik.
Begitupun dengan jingle-nya.
Akhirnya, dengan sedikit
terpaksa, kami berangkat menuju kediaman Bpk. Gatot, yang tidak begitu jauh
dari hotel tempat kami menginap. Dan ternyata disana, tidak hanya kami yang
diundang. Anak-anak kader terpilih dari Sumatera Utara pun dikumpulkan disana.
Kami bertemu dan berkenalan satu sama lain, dan setelah itu Pak Gatot
memberikan taushiyah tentang pemuda
dan visinya untuk Indonesia.
Beliau mengutip salah satu perkataan shahabat ‘Ali Radhiyallahu ‘Anhu,
“Laysal fataa man yaquulu hadza abi.
Walaakinnal fataa man yaquulu haa ada dzaa! Bukanlah seorang pemuda, yang
berkata ‘Saya anak pengurus DPP! Saya anak pengurus DPW!’ tapi seorang pemuda, ialah
yang berani berkata, ‘inilah aku!’ dengan segala prestasi dan potensinya. Kalian
memang anak kader. Tapi bukan itu poinnya! Kalian adalah pewaris dakwah orang
tua kalian, yang berdiri di atas kaki kalian sendiri!”
Subhanallah.
Acara selesai maghrib itu, dengan perasaan lega sekaligus khawatir.
Karena setelah itu kami harus segera menuju hotel tempat Penutupan Mukernas
diadakan untuk deklarasi Garuda Keadilan, sementara kami belum siap sama
sekali. Akhirnya, kami memutuskan untuk mengadakan gladi resik di lobby hotel. Di tengah-tengah hilir
mudik peserta Mukernas, kami melakukan gladi resik. Pak Jadmiko yang berperan sebagai
instruktur, berkali-kali meneriaki kami untuk mengulang dan mengulang prosesi
gladi resik, karena kami berkali-kali melakukan kesalahan, dan memang waktunya
sangat mepet.
Semua tegang, dan menjadi semakin tegang ketika gladi resik dipindah,
dari lobby hotel langsung ke panggung
utama. Saat itu sudah ada beberapa peserta yang hadir. Gladi resik di panggung
utama, masih belum juga sempurna. Alhamdulillah,
kami diberi waktu break ketika acara
dimulai. Kami pun keluar menuju samping hotel yang relatif sepi, untuk
melanjutkan persiapan.
Di sana, kami terus menyempurnakan bagian yang masih belum sempurna.
Menit demi menit, jam demi jam. Saat istirahat sejenak pun, kami tak bisa
tenang. Nasi box yang seharusnya
terasa nikmat karena perut kami sudah protes minta diisi sejak tadi, terasa
getir di mulut.
“Garuda keadilan, 5 menit lagi!” pengumuman dari petugas stage membuat jantung kami seakan
berhenti berdegup. Bismillah, lirih, kami
berdo’a bersama untuk kesuksesan deklarasi ini. Kami berkumpul menata posisi di
backstage, bersiap tampil. Semua
tegang.
Dan akhirnya, saat kami tampil pun tiba.
Video bumper ditampilkan, dan disambut applause
meriah oleh hadirin. Nice opening,
batin kami. Awal yang baik itu separuh kesuksesan. Lalu, dari panggung, muncul Ust. Taufiq
Ridho, membacakan puisi berjudul ‘Harapan Untuk Pemuda’, karya Muhammad Iqbal,
yang diterjemahkan bebas oleh M. Natsir.
Seiring lantang puisi dibacakan, kami muncul satu persatu dari
masing-masing sisi panggung. Sampai akhirnya semua berdiri di atas panggung. Ditambah dengan dua Hasan dari Pontianak dan
Pekanbaru, juga Atikah dari Medan,
jumlah kami menjadi dua puluh orang. Kami membentuk formasi sebelas orang ikhwan di tengah, diapit berjarak oleh sembilan
akhwat di sisi kanan-kirinya. Puisi terus dibacakan, membuat
suasana hening. Hadirin terhanyut oleh bait demi bait yang dibawakan sepenuh
hati oleh Ust. Taufiq Ridho. Di panggung, dada kami bergemuruh demi menunggu
detik-detik deklarasi.
Sesaat setelah puisi usai, saudara kami dari Bekasi, Mush’ab, berteriak
lantang, “Deklarasi!” Kami pun mengucap lantang bersamaan,
Kami, Garuda Keadilan berikrar
Menjadi Pewaris Dakwah, dan
Penerus Perjuangan.
Menjadi Generasi Rabbani, dan
Pelopor Kontribusi.
Menggenggam Ukhuwah, Persaudaraan, atas dasar Keimanan.
Hening sesaat, Mus’hab kembali berucap, kali ini dengan intonasi lebih
rendah dan syahdu.
Medan, 28 Maret 2012.
Kami, Garuda Keadilan
Seketika itu juga, Usaid langsung menyanyikan bait pertama Mars PKS,
yang diikuti oleh kami semua, pada bait kedua. Sontak hadirin terkesima.
Kita berhimpun dalam barisan,
Lantangkan suara hati nurani,
Agar Negeri Ini berkeadilan,
Indonesia maju bukan hanya
mimpi.
Saat memasuki bagian refrain,
tanpa pemberitahuan, tiba-tiba seluruh hadirin pada jajaran kursi bagian depan,
termasuk diantaranya beliau Ust. Luthfi Hasan Ishaq, Ust. Tifatul Sembiring,
dan Ust. Anis Matta berdiri, yang diikuti oleh seluruh hadirin di belakang.
Partai Keadilan Sejahtera
Maju terus tanpa kenal lelah
Partai Keadilan Sejahtera
Maju terus tanpa kenal lelah
Kami terus bernyanyi dalam keterkejutan kami melihat reaksi penonton.
Bulu kuduk kami merinding.
Tegakkan tinggi, panji Allah,
Yaa Rabbi, mereka ikut bernyanyi bersama..
Bangun Indonesia Penuh
berkah...
Suara kami sudah kalah dari suara seluruh hadirin yang bernyanyi
bersama. Tanpa musik, tanpa pengiring. Hanya suara. lantang dan penuh khidmat.
Kami terus bernyanyi lantang hingga usai, diiringi teriakan takbir dan standing applause dari seluruh hadirin.
Rasanya sungguh tidak terbayangkan.
Lalu setelah itu, kami menyanyikan Jingle
Garuda Keadilan, yang diiringi oleh gitar dari Ahdiar. Ini adalah weak point, karena kecuali sang vokalis,
Usaid, tidak ada satupun dari kami yang hafal keseluruhan jingle. Namun hal itu tidak begitu berarti dibandingkan dengan applause meriah dari hadirin, dan acara
seremonial pemakaian jaket oleh Ust. Luthfi Hasan Ishaaq selaku presiden PKS,
kepada saudara kita Syafiq.
Dan kami pun satu persatu turun dari panggung, dengan perasaan yang
sangat lega dan puas. Garuda Keadilan telah lahir. Disaksikan oleh ikhwah dari seluruh Indonesia, menanti
gebrakan dan kepak sayapnya. Dari sini, pekerjaan besar akan dimulai.
Acara berlangsung dengan meriah, hingga selesai. Pada bagian akhir,
saat konser Shoutul Harokah berlangsung, kawan-kawan ikhwan berkesempatan menggebrak
panggung sambil membawa bendera merah putih dan bendera PKS. Dan tidak hanya
kami, anak-anak kader dakwah yang masih kecil pun berkesempatan naik panggung.
Suasana berlangsung meriah, bahkan teriakan “Lagi, lagi!” terdengar disana-sini
setiap kali Shoutul Harokah selesai menyanyikan lagu. Hadirin banyak yang maju
untuk mengabadikan dengan kamera dan ponselnya, serta ikut melompat-lompat.
Kemeriahan Mukernas 2012 malam itu, ditutup dengan foto-foto bersama.
Panitia, para petinggi PKS, dan semua yang hadir berfoto bersama. Panggung yang
tadinya terang benderang, berangsur remang dan gelap, seiring kembalinya
tamu-tamu ke hotel masing-masing.
Hari kedua, pada awalnya kami ingin ke danau Toba. Namun akhirnya
dibatalkan karena ternyata waktu yang diperlukan untuk pulang-pergi ke sana
adalah sekitar 12 jam, sementara kami harus boarding jam 5 sore. Kami mengobati
kekecewaan dengan wisata kuliner duren, berkunjung ke Rahmat International Wildlife Museum & Gallery, dan belanja singkat di Bazaar Mukernas.
Tak lama kemudian, kami terbang kembali ke Jakarta, dan sampai di
Jakarta sekitar jam 9 malam. Sebelum berpisah, kami menyempatkan diri untuk
konsolidasi tentang agenda ke depan. Setelah itu, kami saling berpamitan, untuk
pulang ke daerah masing-masing.
Deklarasi kemarin, bukanlah akhir. Deklarasi kemarin adalah sebuah
titik awal untuk perjalanan Garuda Keadilan yang panjang dan penuh rintangan.
Kerja-kerja besar, orang-orang yang istiqomah, dan manuver-manuver cerdas, amat
diperlukan mulai saat ini hingga ke depannya.
Kami, Garuda Keadilan, memanggil seluruh putra-putri kader dari seluruh
Indonesia. Izinkan kami membawa berita gembira ini, dan berbagi semangat kepada
kalian semua. Kita adalah putra-putri dari orang-orang yang menjadi generasi
awal perjuangan dakwah ini. Kita ditarbiyyah sejak kecil hingga saat ini,
dengan satu harapan; agar kita dapat meneruskan tongkat estafet perjuangan
mereka.
Maka, jadilah kalian semua para pemuda-pemudi perindu surga, pewaris
dakwah dan penerus perjuangan. Sambutlah seruan ini, dan bergeraklah! Allah
bersama kita!
Allahu Akbar!
31 Maret 2012
Zia Ul-Haq
Garuda Keadilan